Bersama Bola







didepan SMUN 5 Samarinda




Makasih ya . . ., kak bee

Disuapi sama kak fahri.

Sholat Magrib



Cilukkkk. . . em baaaa . . .

Syukurilah ...


eramuslim - Seorang pemuda tengah duduk termenung meratapi nasibnya, sejak dilahirkan hingga dewasa, ia hidup dengan satu kekurangan, yakni tak dapat melihat. Seringkali pemuda itu memaki nasib, marah pada keadaan dan menyangka Tuhan tidak adil terhadap dirinya. Ia merasa sebagai orang paling malang di muka bumi. Baginya, buat apa Tuhan menciptakan semua keindahan di langit dan bumi, bintang-bintang yang bertebaran, dan rembulan nan elok. Matahari pagi hanya bisa dirasainya lewat sentuhan hangat sinarnya, ia bisa mendengar suara kicau burung namun tak pernah tahu rupanya. Ia sering menikmati gemerisik dedaunan berdesakan diterpa angin yang sejuk, namun, wujudnya hanya bisa disentuh, tak pernah ia tahu hijau warna daun itu.
Pantai di dekat rumahnya, tempat anak-anak dan orang dewasa menikmati sore, hanya bisa dibayangkan keindahannya. Ia tahu pantai itu air, itupun dari ombak yang keras menghantam karang dan sesekali menciprati wajahnya atau malu-malu menghampiri dan menyentuh kakinya di pinggir pantai. Apalagi ketika muda-muda di desanya bercerita tentang senja, ya senja, betapa tak terlukiskan merah sang senja yang selalu hadir melengkapi warna kehidupan setiap insan. Tapi dirinya? Sekali lagi ia mengutuk penderitaannya, menangisi takdirnya yang tak pernah tahu warna merah senja, hijau dedaunan, putih melati, dan birunya laut.
Meski keindahan dan keelokan desa itu tidak akan pernah pudar, sayang, semakin sedikit warga yang bisa menikmatinya. Bukan karena tak cinta, atau tak suka dengan semua kenikmatan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada mereka, tapi, warga desa itu semakin lama memang semakin habis karena hidupnya seorang Raja yang gemar memangsa manusia. Setiap akhir bulan, tidak kurang seratus manusia harus menjadi korban kanibalisme sang Raja dan para pengawalnya yang terkenal kejam. Oleh karenanya, tidak heran jika di setiap waktu itu, desa selalu sepi dari lalu lalang warga karena takut tertangkap dan tak pernah kembali.
Namun, tidak bagi pemuda buta itu, baginya, ini kesempatan untuk mengakhiri hidupnya dengan menjadikan dirinya mangsa bagi sang Raja kanibal. Tak seperti warga lainnya yang takut ke pantai atau ke tempat manapun di akhir bulan, ia justru dengan pasrah berjalan kesana-kemari. Akhirnya, ‘keinginannya’ sampai juga, para pengawal raja kanibal menangkapnya dan menghadapkan pemuda itu di istana. Tapi ternyata, pemuda itu berubah pikiran, entah kenapa ia menjadi takut bukan kepalang, ia masih mau hidup, menangislah ia sejadinya bersahutan dengan puluhan orang lainnya yang juga tertangkap.
Waktunya tiba, sang raja memeriksa calon-calon santapannya satu persatu, hingga pada giliran pemuda itu, sang raja agak terkejut. Matanya buta, pikir raja. Untung bagi pemuda itu, raja tak suka makanan yang cacat. Maka ia memerintahkan pengawalnya untuk melepas pemuda itu, dan tetap menjadikan yang lainnya sebagai mangsa.
***
Saudaraku, Sesungguhnya Allah maha adil. Apapun yang Allah berikan kepada kita saat ini, tentunya Dia yang lebih tahu apa yang kita butuhkan untuk menjalani hidup. Apapun yang tidak kita miliki saat ini, seharusnya kita yakini, bahwa kita belum membutuhkannya sekarang, karena pada akhirnya, kita akan menyadari hikmah dari setiap takdir-Nya.
Dia memberikan kelebihan kepada satu manusia dan kelebihan pada manusia yang lainnya. Demikian juga dengan kekurangan, tak ada satu manusia yang tak memiliki kekurangan pada dirinya. Namun kelebihan manusia yang satu terhadap lainnya, sesunggunya terletak pada bagaimana mensikapi kelebihan dan kekurangan tersebut. Sering kali manusia mengumpat atas kekurangan yang diterimanya, padahal pada saat bersamaan, sejumlah kelebihan ia miliki, namun tak pernah disyukurinya.
Saat ini, cobalah menengok kembali perjalanan kita di dunia. Lahir tanpa memiliki apapun, tak bersepatu dan berpakaian. Kini, satu lemari pakaian kita punya. Kenapa? Waktu itu kita belum membutuhkan sepatu dan pakaian bagus. Dulu kita sangat menikmati berjalan kaki atau berdesakan dalam bus, dan kini setelah memiliki kendaraan pribadi, kemudian berpikir, karena dulu belum merasa perlu untuk memiliki kendaraan sendiri. Kuncinya adalah, bagaimana setiap kita menikmati setiap pemberian yang Allah berikan pada kita saat ini dan mensyukurinya. Jika tidak, tak kan pernah nikmat lainnya menghampiri kita, karena janji-Nya memang demikian. Wallahu a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)
Category: 0 komentar

Lapangnya Dada


eramuslim - Pada suatu hari ada seorang pemuda yang datang ke rumah seorang kakek yang bijaksana. Pemuda tersebut merasakan hatinya sering gelisah, panik, stress, dan mudah tersinggung sehingga hal itu menyebabkannya selalu berada dalam medan konflik. Untuk itulah ia datang untuk meminta nasehat sang kakek. Kakek itu pun dengan sangat antusias menerima dan mempersilahkannya untuk masuk. Kemudian pemuda itu menceritakan seluruh keluh kesahnya. Sementara sang kakek mendengarkan dengan seksama. Setelah selesai, kakek itu masuk ke dalam rumah kemudian keluar dengan membawa segelas air putih.

"Silahkan diminum” kata sang kakek.
Betapa terkejutnya pemuda itu ketika ia meminum air yang dihidangkan oleh kakek itu.
“Ah… air apa ini kek? Kenapa rasanya asin sekali. Aku belum pernah minum air se-asin ini”.

Sang kakek hanya tersenyum, kemudian mengajak pemuda tersebut ke halaman belakang rumahnya yang luas. Disana terdapat sebuah danau kecil yang airnya bening bersih. Terlihat pula seekor angsa berenang kian kemari. Sang kakek kemudian mendekati pinggir danau dan menaburkan segenggam garam ke seluruh danau sambil menyuruh pemuda itu minum air danau. Tentu saja pemuda itu merasakan air danau yang segar, sejuk dan jernih.
Sang kakek berkata, "Perumpaan gelas dan danau ini adalah seperti hati kita, dan garam sebagai permasalahannya. Terkadang bukan banyaknya masalah yang membuat hati resah, gelisah, dan lainnya. Tetapi karena kita tidak pandai melapangkan dada kita. Segenggam garam ternyata jadi sangat asin dan tidak enak apabila ditaruh pada segelas air. Namun segenggam garam tidak berarti apa-apa apabila kita memiliki hati seluas danau atau lebih luas dari itu".
Cerita diatas sangat menarik untuk disimak dan diresapi karena begitu mudahnya penyakit hati tumbuh berkembang di hati kita. Beratnya masalah tidak mempengaruhi kesehatan hati kalau kita bisa berlapang dada. Orang–orang yang sempit dada (hati), pasti akan merasakan hidup ini sumpek dan berat.
Hati adalah hal yang paling penting dari diri manusia. Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Hati adalah raja, dan anggota tubuh lain prajuritnya. Bahkan diterima atau tidaknya amal seorang anak manusia, tergantung dari hatinya. Allah mengingatkan kita mengenai pentingnya mengelola hati dengan menyuruh kita untuk tidak bersu’udzon karena sebagian darinya adalah dusta. Kita juga dilarang untuk mencari tahu (tajassus), serta selalu mengkonfirmasi setiap berita yang masuk ke kepala kita.

Rasulullah-pun mengingatkan bahwa di dalam diri manusia ada segumpal daging yang kalau baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan apabila jahat (jelek) maka jelek pula seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah hati.
Kadang rasanya berat sekali untuk melapangkan dada ini ketika dikecewakan dan disakiti oleh orang lain. Bahkan persoalan kecilpun akhirnya menjadi besar karena sempitnya hati ini. Hati yang sempit selalu membuat diri ini tidak mampu menerima kebenaran.
Dalam konsep Zeromind Process (Ary Ginanjar, ESQ) kita diingatkan untuk selalu kembali ke fitrah atau hati nurani (Zeromind) sebelum melakukan dan memutuskan apapun. Hal–hal yang biasanya menghambat dalam melapangkan dada diantaranya adalah: prasangka negatif, pengaruh prinsip hidup, pengaruh pengalaman, pengaruh pembanding, pengaruh kepentingan dan prioritas, pengaruh sudut pandang, dan pengaruh literatur. Wallahu’alam bishshowab (nnf@eramuslim.com)
Category: 0 komentar

Kakak Bee, belajar ya.





Jalan-jalan sesudah mandi sore








Abah, ka fahri dan ih












belajar menggambar atau mencoret nih ?




Allah Lebih Tahu Yang Terbaik Buat Kita


eramuslim - Sore itu kulihat suamiku mondar mandir keluar masuk ruangan dengan wajah murung. Aku tahu sebabnya, dia tidak diterima dalam seleksi masuk S-2 di sebuah lembaga pendidikan yang dia inginkan, walaupun hasil test dia terbaik dari hasil tes peserta yang lain, dengan alasan suamiku telah diterima di lembaga lain yang masih ada dalam satu naungan.
Suatu hal yang sangat wajar bila dia kecewa. Namun aku mencoba untuk menghibur walau aku sendiri merasakan kesedihan yang sama, dengan mengatakan: "Sudahlah Bi, Insya Allah ada hikmahnya. Mungkin ini pilihan yang terbaik dari AllAh buat kita".
Suamikupun berusaha untuk melapangkan hati, berusaha menghilangkan kekecewaan, dan menjalani pilihan Allah itu dengan sungguh-sungguh. Dengan rasa yakin, Allah pasti memberi yang terbaik.
Benar saja, dalam perjalanan kuliah, Allah memberikan kepada suamiku tempat kerja yang memungkinkan untuk memperoleh beasiswa belajar. Padahal sekiranya suamiku diterima di lembaga yang dia inginkan, tidak ada program beasiswa disana, walaupun diakui secara kualitas pendidikan di lembaga tersebut mungkin lebih baik.
Beberapa bulan sebelum beasiswa turun, negeri ini dilanda krisis ekonomi. Segala kebutuhan pokok naik, biaya transport naik, dan usaha yang dirintis suamiku tidak lancar. Apabila suamiku diterima di lembaga pendidikan yang dia inginkan, mungkin study-nya tidak selesai, dan pekerjaanpun lepas entah kemana.
Inilah sekilas pengalaman pribadi kami, yang mungkin dapat diambil hikmahnya. Bahwa, seringkali kita sulit menerima kenyataan yang ditentukan oleh Allah Sang Penguasa kepada kita. Hingga kita banyak berkeluh kesah, memendam kekecewaan yang panjang dan bersu’udzon kepada Allah. Bahkan ada yang sampai berani mengatakan, Allah tidak adil (na’udzu billahi min dzaalik).
Demikianlah, kehidupan kita senantiasa diwarnai dengan kejadian yang senantiasa berpasangan. Ada senang ada susah, ada kesuksesan ada kegagalan. Yang sering kali kita tidak mengerti dan tidak mampu memahami hikmah dibalik setiap peristiwa. Yang kesemuanya mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersyukur atas setiap rahmat yang dianugerahkan kepada kita, dan bersikap sabar dalam setiap ujian.
Kita harus meyakini sepenuhnya bahwa Allah Pencipta kita, lebih Tahu mana yang terbaik bagi kita. Apa saja yang kita inginkan dan kita senangi, belum tentu baik menurut pandangan Allah. Sebaliknya, apa yang tidak kita inginkan dan tidak kita senangi belum tentu buruk untuk kita, menurut pandangan Allah.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS Al Baqoroh : 216).
Sehingga, seharusnyalah kita sebagai ummat-Nya selalu menggantungkan diri kepada-Nya. Mengkomunikasikan segala keinginan kepada-Nya. Memohon petunjuk dan bimbingan untuk dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk, dan selalu berprasangka baik kepada Allah atas segala ketentuan yang ditetapkan.
Menyertakan do’a dalam setiap usaha. Dan lapang dada, tawakkal kepada Allah terhadap segala yang terjadi. Sehingga kehidupan ini akan menjadi nikmat dijalani. Nikmat yang dianugerahkan-Nya akan menambah ketaatan kita, dan cobaan yang diberikan akan menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya.
"Robbi awzi’nii an asykuroo ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa ad khilnaa birohmatika fii ‘ibaadikashshoolihiin”.
Ya Robb kami, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh. (QS An Naml:19). Wallaahu 'a’lam bishshowwab. (Ummu Shofi/ari_aji_astuti@yahoo.com).
Category: 0 komentar

Mesin Waktu


eramuslim - Mesin waktu. Benda itu sering muncul dalam khayalanku tentang masa depan. Kita bisa memakai benda itu untuk menjelajah waktu, kembali ke masa lalu atau melompat jauh ke masa depan. Mungkin karena dipengaruhi oleh film-film fiksi ilmiah yang sering muncul di TV ataupun dari cerita-cerita novel dan cerpen yang pernah saya baca (contohnya, komik dan kartun Doraemon).
Ketika masih SMA, saya mempelajari teori Relativitas Einstein. Dan dari rumus-rumus yang ada itu saya berpikir (atau berkhayal?), ternyata untuk melakukan perjalan waktu itu hal yang tidak mustahil (artinya bisa kan?). Yang penting kita bisa melakukan perjalanan dengan kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya maka kita bisa melangkah ke masa depan!
Tapi bagaimana untuk ke masa lalu?
Kemarin, seorang teman di Makassar menelepon kakaknya di Jakarta. Waktu itu ingatan tentang masin waktu itu tiba-tiba kembali lagi. Jakarta berada di bagian barat Indonesia dan juga masuk dalam wilayah Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) sedangkan Makassar yang berada di bagian Timur Indonesia masuk ke wilayah Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA). Dan antara kedua wilayah waktu tersebut ada perbedaan. Makassar lebih cepat 1 jam dibandingkan Jakarta. Berarti pada saat berbicara, kakaknya sebenarnya mendengar suara adiknya dari masa lalu dan teman tadi mendengar suara kakaknya dari masa depan?
Bagaimana seandainya saya betul-betul bisa melangkah ke masa depan atau ke masa lalu?
Seandainya saya ke masa depan atau ke masa lalu ......., Ah, tidak, saya terlalu banyak berkhayal. Tentunya jika itu terjadi, sejarah akan kacau. Sekarang ini, realitas yang ada. Alhamdulillaah bumi masih berputar. Artinya aktifitas kita masih bisa berjalan seperti biasa. Apa yang telah saya perbuat/sumbangkan untuk dunia Islam?
Sekarang ini, kita bisa melihat masa lalu kita dalam rangkaian muhasabah harian. Dan dari situ kita bisa mengevaluasi diri kita untuk memperbaiki yang buruk dan berbuat lebih baik lagi untuk sesuatu yang sudah baik. Melihat masa lalu bisa dijadikan sarana belajar untuk mencapai tujuan kita, agar kita tidak lagi memulai sesuatu dari nol, tapi bisa melanjutkan yang sudah ada.
"Ummat ini tidak akan bisa bangkit kembali jika tidak mengambil nilai-nilai yang awal" - Umar bin Khattab -. Tapi terus menerus melihat masa lalu juga tidak terlalu baik. Karena di depan kita juga membentang jalan ke masa depan. Sama dengan pengendara bermotor, jika terus menerus melihat ke kaca spion, maka bisa saja akan tertabrak atau menabrak atau masuk got atau ....
Yup, kita juga harus melihat jalan luas masa depan yang membentang dihadapan kita. Bagaimana kita akan melewatinya. Sudah pasti banyak hambatan dan tantangan yang akan menghadang, tapi dengan pengalaman masa lalu dan kemampuan penguasaan medan yang kita miliki dan dengan pertolongan Allah SWT kita harus siap melewatinya. Masa depan adalah harapan.
"Maka bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya hari esok, kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti, kita harus berbuat dan terus melangkah, karena kita tidak mengenal kata berhenti dalam jihad suci ini." - Asy Syahid Hasan Al Banna -.
Dari teori Einstein tadi, hanya yang bergerak lebih cepat (dari kecepatan cahaya) yang akan lebih dulu ke mencapai masa depan. Maka hanya orang-orang yang mau begerak (bekerja?) lebih cepat (giat) yang bisa mencapai masa depan lebih dulu. Sudah tentu semua gerakan yang dilakukan harus sudah melewati perencanaan-perencanaan yang baik serta urutan-urutan yang benar. Dan jika yang orang-orang yang melakukan gerakan itu berada dalam struktur (organisasi?) yang kuat. Tentunya kebangkitan masa depan akan menjadi lebih cepat lagi.
Bagaimana menyiapkan orang-orang untuk mau bergerak untuk bisa menyonsong masa depan yang lebih baik?
Yang harus kita lakukan adalah membangunkan ruhiyahnya. Jangan membiarkan mereka tidur terus dan terbuai oleh mimpi-mimpi. Kita harus membangunkannya dan mengajaknya merealisasikan mimpinya. Kemudian membangkitkan pemikirannya. Kita harus membuat mereka berpikir bahwa kita adalah yang terbaik. Dan kemudian ada penguasaan konsepsional. Mereka yang akan bergerak itu harus tahu untuk apa mereka berbuat. Tidak asal bergerak. Dan gerakan yang dilakukan juga harus menyesuaikan dengan medan yang ada. Jadi ada juga penguasaan medan. Selain itu seperti disebutkan di atas, ada urutan yang benar dalam melangkah dan kemudian semua itu berada dalam gerakan yang terstruktur yang artinya memiliki sistem yang kuat.
Istiqamah dan kesinambungan gerak juga merupakan faktor penting yang akan mempercepat kebangkitan masa depan itu. Wallaahu'a'lam.
Muhammad Takdirmuhammad034@yahoo.com
Category: 0 komentar