Dalam Rangka Peringatan 50 Tahun SMA Negeri 1 Balikpapan
Sebagai alumni, saya cukup bangga akan prestasi yang diraih oleh para siswa SMA Negeri 1 Balikpapan. Paling tidak prestasi yang ditoreh sepanjang tahun 2010 di bidang Teknologi Informasi. Diantaranya juara 1 dan 2 Balikpapan School IT Competitian 2010 dalam Olimpiade Sain Nasional Tingkat Kota Balikpapan.
Penggunaan TIK di lingkungan SMA Negeri 1 Balikpapan sudah cukup memadai, jika dilihat dari penggunaan media komunikasi telepon dan internet upaya kerjasama antar guru mata pelajaran dalam program RSBI dengan The Manor CE Primary School South Gloucestershire, UK dan beberapa perguruan tinggi favorit di Jawa.
Demikian juga dengan program unggulan yang mulai mengembangkan Digital Library, Sistem Informasi Sekolah (SIS), jaringan infrastruktur LAN yang dilengkapi laboratorium komputer. Di dalam dunia pendidikan konsep semacam one school one lab (setiap sekolah memiliki laboratorium komputer) adalah hal yang cukup strategis sebagai langkah awal membangun cyber city yang kemudian bisa dikembangkan menjadi internet goes to school (jaringan internet sekolah) yang pada akhirnya menjadi Jaringan Informasi Sekolah (JIS) dimana database pendidikan telah terintegrasi dengan baik sehingga memudahkan untuk mengambil kebijakan dan langkah strategis di bidang pendidikan.
Mewujudkan Cyber City
Perihal yang telah ditumbuhkembangkan oleh SMA Negeri 1 Balikpapan di bidang Teknologi Informasi adalah wujud kepeloporan dalam rangka menuju visi Indonesia 2020. Sebagimana jika kita baca kembali rancang roadmap Indonesia di bidang Telematika dan Informasi hingga tahun 2025. Dimana diharapkan pada tahun 2025, akan terwujud masyarakat berbasis pengetahuan (Knowledge base Society). Sementara situasi tahun 2020, Indonesia akan mewujudkan sebagai salah satu bangsa maju berbasis TIK.
Untuk menunjang hal tersebut pemerintah pada November 2006 telah membentuk National ICT Council yang diketuai langsung oleh Presiden SBY. Dewan ini bertugas diantaranya mengatur kebijakan tentang arah dan strategi untuk mewujudkan masyarakat cerdas.
Hal ini untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dan meningkat daya saing dengan negara-negara lain. Survei menunjukan bahwa Indonesia, hingga pada tahun 2006, menempati rangking 29 dari 32 negara untuk penguasaan e-Government [University of Waseda, Jepang]. Dan survei dari Ecnomist Intelegence Unit, Indonesia menempati urutan ke 60 dari 65 negara dalam bidang e-Readliness [network access, network policy, network learning, dan network society].
Sementara ini ASEAN telah mengembangkan Gugus Tugas e-ASEAN, yang terdiri dari perwakilan pemerintah dan swasta, dalam mekanisme kerjasama untuk memfasilitasi perkembangan dari pasar elektronik di ASEAN. Mekanisme ini memfokuskan untuk mendorong dan memfasilitasi pertumbuhan yang berasal dari e-commerce. ASEAN berinisiatif melakukan konsultasi dengan sektor swasta untuk menyelidiki rencana jangka pendek dan panjang untuk membangun Infrastruktur Informasi ASEAN (IIA). Gugus tugas IIA ini memformulasikan rencana-rencana untuk mempercepat pembangunan e-commerce didalam masing-masing kawasan tersebut. Di bidang ilmu pengetahuan dan Teknologi ASEAN akan mengembangkan The ASEAN Science and Technology Information Network (ASTNET) sebagai dari komponen e-ASEAN.
Prestasi dan pengembangan teknologi Informasi di lingkungan SMA Negeri 1 Balikpapan jika dikaitkan dengan capaian pemerintah Kota Balikpapan yang sejak lima tahun terakhir mulai mengembangan e-Government dapatlah kita berharap akan terwujudnya Balikpapan Education Cyber City (BECC). Hanya saja inovasi dalam BECC, tidak hanya terbatas dalam penggunaan Wide Area Network (WAN), namun harus dikembangkan menjadi Wi-Max.
Selain daripada itu ada inovasi sistem e-Edukasi untuk untuk pendidikan formal, e-Learning untuk pendidikan non formal, dan Digital Library. Sistem ini memungkinkan para siswa dapat mengakses pelajaran dimanapun dia berada, termasuk di rumah sendiri untuk mendorong peran siswa aktif. Termasuk orangtua murid akan dapat mengakses informasi tentang perkembangan (termasuk absensi) bagi anak-anaknya. Sekolah jarak jauh dan sekolah terbuka bagi pendidikan non-formal dalam pengertian ini memungkinkan setiap siswa untuk mengakses informasi yang dibutuhkan setiap saat. Akses informasi dalam cakupan ini, tidak akan membatasi “waktu sekolah / belajar”. Karena siswa aktif dapat mengolah informasi selama 24 jam dimanapun berada. Keterbukaan informasi mau tidak mau akan merangsang para siswa untuk menguasai penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Dimana setiap sekolah akan menggunakan teknologi multimedia berbasis web.
Sebagimana yang dikatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2010 di Istana Negara yang menyatakan reformasi bidang pendidikan harus terus ditindaklanjuti dengan menggunakan dua perspektif yaitu mengembalikan pendidikan pada hakikatnya serta mengembangkan inovasi. Guna mempercepat perkembangan inovasi, Kepala Negara berharap Komite Inovasi Nasional yang dibentuk pada 20 Mei 2010 dapat segera bertugas bersama dengan masyarakat luas untuk mempercepat pertumbuhan inovasi di Indonesia.
Hal tersebut tentu saja dibutuhkan upaya pendidikan dan sosialisasi secara bertahap untuk penyiapan SDM yang mampu mengoperasikan dan mempergunakan aplikasi-aplikasi yang telah disediakan dan penggunaan aplikasi-aplikasi open sources. Selain daripada itu juga akan dibangun infrastuktur dengan mengembangkan Balikpapan Internet Exchange (BIX). BIX merupakan fasilitas pertama yang akan dibangun sebagai gateway infokom yang dapat diakses secara cepat melalui jalur intranet. BIX terwujud manakala jaringan BCC telah terkoneksi dalam sebuah konfigurasi Metropolitan Area Network (MAN) yang stabil, adil, terkelola dan aman. BIX memiliki peran ganda sebagai firewall yang dapat membendung arus informasi dan data yang bermuatan pornografi ke dalam jaringan BCC. Pembuatan HotSpot Access Point (HAP) merupakan fasilitas kedua yang menjadi salah satu andalan layanan BCC kepada masyarakat. HotSpot yang dibangun di taman-taman kota, perpustakaan sekolah dan kampus, lokasi-lokasi strategis, areal wisata, pusat belanja maupun tempat-tempat yang memiliki peranan memacu kehidupan perekonomian Kota.
Suatu saat nanti, apabila semua komponen pendukung kehidupan kota Balikpapan menyatu dan melebur ke dalam Balikpapan Internet Exchange (BIX), maka di saat itulah BCC akan berjaya sebagai model e-Learning dan e-Style baru kebanggaan warga Balikpapan.
Bila tidak ada aral melintang, maka kota Balikpapan di tahun 2020 akan menjadi kota dunia maya (Cyber City) karena seluruh wilayahnya terjangkau sinyal internet nirkabel atau Metropolitan Area Network (MAN). Impian tersebut akan diwujudkan secara bertahap hingga pada akhirnya semua pelayanan pemerintah kota akan dilakukan sepenuhnya secara "online", seperti yang terlaksana di berbagai negara maju
Akan terdapat ratusan area jaringan internet nirkabel (hot spot) di hotel-hotel berbintang, mal, kampus, tempat wisata, pemukiman expatriat dan beberapa instansi swasta dengan menggunakan teknologi canggih saat ini yang bernama Wi-Max (Worldwide Interoperability for Microwave Access). Teknologi ini jauh lebih canggih dari Wi-Fi (Wireless Fidelity) yang umumnya digunakan sebagai layanan hot spot di Indonesia. Jangkauan akses tekhnologi Wi-Max ini bisa mencapai sekitar 50 kilometer dengan kecepatan transfer bisa mencapai sekitar 75 megabyte per detik dimana ribuan orang, dapat mengakses internet dalam satu waktu sekaligus. Sinyal internet akan dipancarkan melalui sebuah menara semacam terminal untuk layanan telepon seluler (Base Transceiver Station/BTS). Saat teknologi itu hadir seluruh kota akan menjadi hot spot. Pengguna laptop, windows mobile atau smart phone dapat ber-Internet dari mobil yang melaju di jalan raya, rumah, kantor, kafe, bahkan di tengah kebun di pinggiran Kota Balikpapan.
Untuk tahap perkenalan (sosialisasi) pemasangan hot spot akan ditempatkan diataranya di areal taman-taman kota dan tempat-tempat wisata, secara gratis. Bekerjasama dengan provider diantaranya PT Telkom, akan dilakukan pemasangan ratusan access point (titik akses internet) di beberapa wilayah. Hal ini sebagai salah satu cara mendidik masyarakat untuk mengenal lebih jauh Teknologi Informasi (TI) itu. Dengan langkah ini diharapkan semakin banyak pengguna dan masyarakat tidak gagap lagi dengan TI untuk mengakses dunia maya. Dengan demikian, peluang masyarakat untuk menuju Cyber City akan semakin cepat. Cyber City merupakan salah satu cara pemeritah kota untuk mencerdaskan masyarakat kota, agar melek teknologi.
Dibidang pemerintahan dan pelayanan publik, dengan penggunaan e-Government terjalin komunikasi interaktif baik antara jajaran Pemda dari tingkat kabupaten hingga kelurahan. Terutama dibidang pencatatan kependudukan dengan menggunakan Single Identity Number (SIN) dengan standard national. Tidak akan ada lagi duplikasi data kependudukan. Akurasi data dan perkembangan jumlah penduduk akan terekam dalam Database pemerintah (Government Data Management). Karena setiap bayi yang lahir di Balikpapan, dan dilaporkan untuk mendapatkan akta kelahiran, saat itu juga dia sudah memperoleh Nomor identitas kependudukan hingga akhir hayat. SIN inilah yang kemudian akan menjadi nomor identitas setiap warga dalam melakukan setiap aktifitasnya, diantaranya pembukaan nomor rekening di Bank, pembuatan SIM, rekam jejak di rumah sakit, pendaftaran sekolah, transaksi pembayaran, hingga catatan pengadilan. Setiap penduduk Balikpapan akan terdata jajak rekamnya sejak lahir hingga dia wafat. Hal ini juga berkait dengan sistem layanan terpadu baik di lingkungan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Kantor Bappeda, seluruh Kecamatan dan kelurahan dengan server di lingkungan kantor Infokom dan PDE Kota.
Indeks Pendidikan
Situasi yang tergambar di atas adalah visi kota Balikpapan yang mulai ditumbuhkembangkan di lingkungan SMA Negeri 1 Balikapapan. Mulai dibangun dalam areal dunia pendidikan formal. Sebagaimana negara-negara lain, beranjak dari dunia pendidikan untuk mewujudkan visi bangsanya. India, dengan Indian Vision 2020-nya secara perlahan tapi pasti telah menjadi negara berkembang terbesar kedua di Asia setelah China, karena pendidikan diberikan tempat yang teramat penting di negara tersebut. Demikian pula Malaysia, dengan Vision 2020-nya.
Karena itu disadari atau tidak hanya melalui pintu pendidikanlah bangsa Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan yang multidimensional dan kembali menata ulang rancang bangun kehidupan berbangsa, membangun karakter bangsa dan melakukan lompatan dalam pembangunan bangsa, setidaknya mengejar pencapaian ASEAN Vision 2020
Walter W McMahon dan Terry G. Keske, penganut teori “human capital” menyatakan bahwa nilai penting pendidikan bagi sebuah bangsa adalah suatu investasi sumber daya manusia yang dengan sendirinya akan memberi manfaat moneter maupun non-moneter bagi bangsa tersebut. Karena itu, penting sekali bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan dan menentukan metode yang terbaik bagi dunia pendidikannya, sebagaimana telah dibuktikan hasilnya oleh negara Jepang, India, Korea Selatan, Taiwan, maupun Malaysia dan Singapura yang masih serumpun dengan Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dan angka melek aksara digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bersama-sama dengan variabel kesehatan dan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pembangunan pendidikan yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2008 – 2013 telah mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti Pendidikan Untuk Semua (Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the right of child) dan Millenium Development Goals (MDGs) serta World Summit on Sustainable Development yang secara jelas menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara untuk penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan dan kesetaraan gender, pemahaman nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta peningkatan keadilan sosial.
Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam laporan UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke 60 dari 72 negara. Sementara itu, menurut World Economic Forum (WEF) tahun 2004, indeks daya saing pertumbuhan (growth competitiveness index) Indonesia hanya menduduki peringkat ke-69 dari 104 negara. Dalam indeks daya saing pertumbuhan tersebut, teknologi merupakan salah satu parameter selain parameter ekonomi makro dan institusi publik.
Memacu bangsa kita menuju visi 2020, haruslah disegerakan mengingat masih banyak ketertinggalan, diantaranya jika dilihat dari HDI. Pada Tahun 2000 lalu kualitas sumber daya manusia (human development index, HDI) kita menduduki peringkat rendah, yaitu 109 dari 174 negara. Dua tahun kemudian (2002), Indonesia tidak jauh beda yakni peringkat 106 dari 170 negara. Angka ini jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (peringkat 56), Filipina (77), Thailand (67), Singapura (22) dan Brunei Darussalam (25). Tak jauh berubah , pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia oleh UNDP –dalam “Human Development Report 2006” untuk kualitas pembangunan manusia– diganjar peringkat 108 dari 177 negara di dunia. Potret UNDP itu sebangun dengan data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2005 tentang angka pengangguran menurut pendidikan dan wilayah desa-kota: persentase pengangguran tamatan SMA ke atas lebih besar dibanding tamatan SMP ke bawah. Artinya, sistem Pendidikan Nasional belum berhasil mengantarkan anak bangsa untuk survive mandiri dan terampil berwirausaha untuk kelangsungan hidupnya sendiri.
Penutup
Apa yang telah dicapai dan terus dikembangkan oleh SMA Negeri 1 Balikapan sejalan dengan program berkagori strategis yang digulirkan oleh Depdiknas. Diantara pelbagai program yang mampu meningkatkan akses pendidikan adalah implementasi TIK. Program tersebut merupakan bagian dari program besar yang digulirkan oleh Depdiknas untuk dengan tujuan untuk menciptakan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, daya saing, penguatan tata kelola, akuntabilitas serta pencitraan public. Diantara 11 program streategis Depdiknas adalah penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk e-pembelajaran dan e-administrasi.
Pringatan 50 tahun SMA Negeri 1 Balikpapan dapat dijadikan pondasi untuk terus melakukan refleksi peranserta dan kontribusi SMA Negeri 1 Balikpapan bukan saja bagi dunia pendidikan di Balikpapan tetapi lebih daripada itu untuk memacu dan mengakselarasi pencapaian visi Indonesia 2020.
Terima kasih tak terhingga kepada Almarhum Bapak Drs. H. Syarifuddin yang sudah mengabdikan hidupnya memimpin SMA Negeri 1 Balikapapan sejak tahun 1963. Dan permohonan maaf saya kepada Guru bahasa Indonesia, Bapak Drs. O. Ompusunggu, jika dalam penulisan artikel ini kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang telah diajarkan, lalai saya terapkan.
Selamat dan Sukses SMA Negeri 1 Balikpapan.
HENDRA BUDIMAN
Alumni SMA Negeri 1 Balikpapan, lulusan tahun 1986.
http://www.facebook.com/notes/dwi-suhartini/sebuah-tulisan-dari-salah-seorang-teman-alumni-86-hendra-budiman-yg-dikirim-via-/443873503885
0 komentar:
Posting Komentar