eramuslim - Dalam sebuah syairnya Bilal mengatakan, Akhlak ialah bunga diri, Indah dilihat oleh mata, Senang dirasa oleh hati, Setiap orang jatuh hati….
Rasulullah mengatakan, “Orang–orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara kamu” (HR Tirmizi dari Abu Hurairah)
Kemajuan zaman dan modernisasi diselimuti kekosongan jiwa, kekerasan menjadi keterampilan. Lagu kita adalah kebohongan dan penindasan, sehingga kemesraan dan kebahagiaan hidup menjadi benda mahal yang sulit didapatkan.
Dalam buku membentuk karakter muslim, Anis Matta mengatakan, “Kita hidup dalam dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus.
Dunia kita telah berubah menjadi hutan belantara, dimana bahasa global kita adalah kekuatan besi dan baja, bahasa bisnis kita adalah persaingan, bahasa politik kita adalah penipuan, bahasa sosial kita adalah pembunuhan, dan bahasa jiwa kita adalah kesepian dan keterasingan.
Kita adalah masyarakat sipil yang berwatak militer. Kita adalah masyarakat peradaban yang berbudaya primitif. Kita adalah manusia-manusia sepi di tengah keramaian. Kita adalah manusia-manusia merana ditengah kemelimpahan. Jika sikap mental tersebut telah tertanam kuat dalam hidup kita, berarti akhlak kita sedang dalam kondisi sekarat, karena akhlak, masih menurut Anis adalah nilai-nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan-tindakan dan prilaku-prilaku yang bersifat tetap natural dan refleks.
Sakitnya fisik hanya kita yang akan merasakan, namun jika akhlak yang sakit, tidak saja diri, tapi masyarakat akan ikut merasakan dampak negatifnya. Jika kita hubungkan, maka tidak perlu heran krisis yang berkepanjangan ini bermula dari krisis akhlak yang melanda hampir sebagaian besar kita, yang telah lupa akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang bersumber dari Ilahi.
Betapa indahnya senyum tulus tulus, dan kasih sayang. Betapa bahagianya jika sikap ramah dan tolong menolong menjadi kebiasaan. Hidup penuh makna dan berarti hanya akan kita temui jika kita dapat mensinergikan kekuatan kebaikan yang ada pada diri kita, bukan justru mengembangkan potensi buruk yang senantiasa dipelihara oleh nafsu syeitan yang mempunyai singasana dalam diri kita.
Akhlak terpuji, merupakan salah satu kunci keberhasilan, namun sayang, kenapa sulit sekali kita meraihnya, padahal ia adalah indikator sempurnanya iman kita, walahuaalam (elsandra)
0 komentar:
Posting Komentar